Ziarah dua
Keaslian Situs
Sementara
itu, Budayawan dan peneliti situs Walisanga, Agus Sunyoto, lebih menyoroti tidak hadirnya pemerintah
dalam pengawasan dan perawatan situs Makam Sunan Ampel, dalam hal ini adalah
Dinas Purbakala.
“Yang wajib disadari, bahwa keberadaan Makam Sunan
Ampel adalah sebagai area situs purbakala. Semestinya, semua situs purbakala
itu berada di bawah lindungan dan kewenangan Dinas Purbakala. Namun yang
terjadi, situs sangat berharga bagi Umat Islam ini kewenangan pengelolaannya
malah dipegang oleh masyarakat,” tegas Budayawan yang getol meneliti keberadaan
situs Walisongo tersebut.
Karena yang mengelola adalah masyarakat, imbuh
Sunyoto, akhirnya banyak pengubahan-pengubahan bentuk situs dari aslinya. “Pada
sekitar tahun 1990-an, banyak nisan Nisan kuno kemudian diganti dengan nisan
baru. Maka, pertanyannya, masih adakah sisa masjid yang benar-benar asli sesuai
ketika dibuat pada era Sunan Ampel?”
tanya penulis buku Siti Jenar itu prihatin.
Ia sangat menyayangkan banyak pihak yang hanya
mementingkan dan menjadikan situs Makam Sunan Ampel semata sebagai objek
wisata. Demi mengejar target pendapatan income,
apapun dilakukan. Termasuk pengubahan situs dari aslinya, dan
pemugaran-pemugaran situs demi kepentingan wisata. Karena itu, ia merasa kurang
menyetujui pembangunan proyek jembatan layang yang diwacanakan.
“Semua orang akhirnya cuma berpikir pragmatis.
Barangkali sisi keaslian situs tidak bermasalah bagi para peziarah. Tapi ini
kan kita bicara soal generasi mendatang. Apakah sudah dipikirkan dampak
pembangunan jembatang layang? Apakah itu tidak akan tambah merusak keaslian
situs-situs di sana?” tegas Sunyoto.