Senin, 29 Desember 2014

Ziarah dua

Keaslian Situs

 Sementara itu, Budayawan dan peneliti situs Walisanga, Agus Sunyoto,  lebih menyoroti tidak hadirnya pemerintah dalam pengawasan dan perawatan situs Makam Sunan Ampel, dalam hal ini adalah Dinas Purbakala.
“Yang wajib disadari, bahwa keberadaan Makam Sunan Ampel adalah sebagai area situs purbakala. Semestinya, semua situs purbakala itu berada di bawah lindungan dan kewenangan Dinas Purbakala. Namun yang terjadi, situs sangat berharga bagi Umat Islam ini kewenangan pengelolaannya malah dipegang oleh masyarakat,” tegas Budayawan yang getol meneliti keberadaan situs Walisongo tersebut.
Karena yang mengelola adalah masyarakat, imbuh Sunyoto, akhirnya banyak pengubahan-pengubahan bentuk situs dari aslinya. “Pada sekitar tahun 1990-an, banyak nisan Nisan kuno kemudian diganti dengan nisan baru. Maka, pertanyannya, masih adakah sisa masjid yang benar-benar asli sesuai ketika dibuat pada era Sunan Ampel?”  tanya penulis buku Siti Jenar itu prihatin.
Ia sangat menyayangkan banyak pihak yang hanya mementingkan dan menjadikan situs Makam Sunan Ampel semata sebagai objek wisata. Demi mengejar target pendapatan income, apapun dilakukan. Termasuk pengubahan situs dari aslinya, dan pemugaran-pemugaran situs demi kepentingan wisata. Karena itu, ia merasa kurang menyetujui pembangunan proyek jembatan layang yang diwacanakan.

“Semua orang akhirnya cuma berpikir pragmatis. Barangkali sisi keaslian situs tidak bermasalah bagi para peziarah. Tapi ini kan kita bicara soal generasi mendatang. Apakah sudah dipikirkan dampak pembangunan jembatang layang? Apakah itu tidak akan tambah merusak keaslian situs-situs di sana?” tegas Sunyoto.